Denews.id -Soppeng merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan. Di masa lalu, Soppeng merupakan salah satu kerajaan yang cukup berpengaruh. Dalam sejarah perjalanannya, kerajaan Soppeng telah terlibat dalam berbagai konflik dan persekutuan antara kekuatan politik lainnya di Sulawesi Selatan.
Di antaranya pernah terlibat perang dengan Kerajaan Gowa, serta menjalin persekutuan dengan Bone dan Wajo, persekutuan itu kemudian dikenal dengan persekutuan Tellumoccoe. Lalu, bagaimana sebetulnya sejarah awal kerajaan Soppeng ini muncul? Siapa pemimpin pertamanya dan kapan berdirinya?
Penamaan Soppeng sampai saat ini masih belum diketahui asal-usulnya dan apa maknanya. Dalam kronik Bugis berupa lontara telah menyebutkan nama Soppeng sekaligus asal-usul masyarakat Soppeng itu sendiri.
Dalam kronik itu dituliskan dalam bahasa Bugis asal-usul masyarakat Soppeng, “iyyanae sure puada adaengngi tanae ri Soppeng, nawalainna Sewo-Gattarreng, noni mabbanua tauwe ri Soppeng, naiyya tau Sewoe iyanaro ri yaseng tau Soppeng Riaja, iyya tau Gattarengnge iyanaro riaseng tau Soppeng Rilau.”
Artinya, “inilah surat yang menjelaskan asal-usul tanah Soppeng, bermula dari daerah Sewo dan Gattareng, kemudian masyarakat turun untuk membangun perkampungan di Soppeng, orang yang berasal dari Sewo kemudian disebut orang Soppeng Riaja (Soppeng Barat), sementara orang yang berasal dari Gattareng kemudian disebut orang Soppeng Rilau (Soppeng Timur).
Berdasarkan naskah lontara tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penduduk tanah Soppeng mulanya datang dari dua tempat, yaitu Sewo dan Gattareng.
Orang yang datang dari Sewo membentuk pemukiman yang kemudian disebut Soppeng Riaja, saat ini wilayah Soppeng Riaja telah menjadi Kecamatan Soppeng Riaja dan masuk wilayah administratif Kabupaten Barru.
Sementara itu orang yang datang dari Gattareng membentuk pemukiman yang kemudian disebut Soppeng Rilau, wilayah inilah yang sekarang menjadi Kabupaten Soppeng.
Kelompok-kelompok pemukiman itu kemudian terus berkembang dan masing-masing memiliki pemimpin atau pemuka masyarakat. Di dalam lontara tertulis bahwa ada 60 Pemuka Masyarakat. Masing-masing pemuka masyarakat memiliki gelar, di antaranya Arung, Sullewatang, Paddanreng, dan Pabbicara.
Namun suatu waktu terjadi musim kemarau berkepanjangan, tak satupun tanaman-tanaman atau padi yang tumbuh, menyebabkan terjadinya huru-hara dan kekacauan di sana-sini sehingga kemiskinan dan kemelaratan terjadi dimana-mana.
Menanggapi hal itu, keenam puluh Pemuka Masyarakat bersepakat untuk mengangkat seorang junjungan yang dapat mengatasi semua masalah tersebut.
Tampil seorang tokoh yang bergelar Arung Bila mengambil inisiatif mengadakan musyawarah besar yang dihadiri 30 orang pemuka masyarakat dari Soppeng Riaja dan 30 orang pemuka masyarakat dari Soppeng Rilau.
Sementara musyawarah berlangsung, seekor burung kakak tua terbang membawa ikatan padi diantara para hadirin. Seluruh hadirin heran melihat burung kakak tua terbang membawa ikatan padi, sementara padi pada saat itu tidak bisa tumbuh karena terjadi musim panceklik.
Arung Bila kemudian memerintahkan untuk menghalau burung tersebut dan mengikuti kemana terbangnya. Burung kakak tua tersebut akhirnya sampai di wilayah Sekkanyili dan di tempat inilah ditemukan seseorang berpakaian indah sementara duduk diatas batu.
Orang ini tidak diketahui asal-usulnya, para pemuka masyarakat yang melihatnya kemudian menduga bahwa orang itu adalah To Manurung, yaitu titisan dewatae yang diturunkan dari lagit untuk menjadi pemimpin. Masyarakat kemudian memberinya nama Latemmamala yang bergelar Manurungnge ri Sekkanyili.
Masyarakat Soppeng kemudian meminta Latemmamala untuk menjadi pemimpin atau raja mereka. Permohonan tersebut diterima oleh Latemmamala dengan sebuah ikrar atau perjanjian dengan masyarakat Soppeng.
Dengan mengangkat Sumpah di atas Batu yang di beri nama Lamung Patue sambil memegang segenggam padi, Latemmamala mengucapkan kalimat yang artinya, “isi padi tak akan masuk melalui kerongkongan saya bila berlaku curang dalam melakukan Pemerintahan selaku Datu Soppeng.”
Demikianlah komitmen yang lahir antara Latemmamala dengan rakyat Soppeng, dan saat itulah Latemmamala menerima pengangkatan dengan gelar Datu Soppeng yang pertama, sekaligus sebagai awal terbentuknya Kerajaan Soppeng.
Berdasarkan seminar penentuan hari jadi Soppeng yang dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2000, yang dihadiri oleh para pakar Sejarawan, Budayawan, serta berbagai unsur masyarakat, disepakati bahwa hari Jadi Soppeng dimulai sejak Pemerintahan Manurungnge Ri Sekkanyili atau Latemmamala tahun 1261, berdasarkan perhitungan dengan menggunakan perhitungan mundur atau backward counting.
Demikian sejarah awal berdirinya Kerajaan Soppeng yang dibacakan Sekda Soppeng H Andi Tenri Sessu pada rapat Paripurna DPRD Hari Jadi Soppeng Ke 762 Tahun.